AMBISI MERUBAH KEBIASAAN MEROKOK PENGGUNA JAMKESMAS

AMBISI MERUBAH KEBIASAAN MEROKOK PENGGUNA JAMKESMAS Seperti yang kita ketahui bahwa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah sebuah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Banyak sekali pengguna Jamkesmas ini dari berbagai kalangan. Walaupun sudah di gariskan oleh pemerintah bagi pengguna Jamkesmas yang sesuai, tetapi masih banyak yang di temukan di beberapa daerah-daerah tertentu yang sebagian besar pengguna adalah masyarakat golongan menengah ke atas. Artinya masih saja pengawasan pengguna sangat minim di beberapa daerah terpencil di Indonesia. Hal ini perlu adanya pembenahan sistem dari pusat sampai daerah. Pembangunan daerah yang seimbang tentu membutuhkan suatu dukungan dari masyarakat yang sehat dan cerdas. Akan tetapi dalam kenyataan masih sangat jauh dari dari harapan karena dipandang belum adil dan fakta yang muncul diatas kertas. Seorang mahasiswi transferan di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan sangat berambisi membenahi sasaran Jamkesmas di daerahnya. Dikatakan oleh Maria (nama panggilan) bahwa pengguna Jamkesmas perlu di edukasi agar dapat mengetahui bagaimana pencegahan suatu penyakit agar tidak hanya mengharapkan pelaksanaan terapi saja. Di jelaskan pula bahwa sebagian besar pengguna Jamkesmas adalah masyarakat usia produktif yang perokok aktif. Kesadaran masyarakat terhadap perilaku merokok masih sangat minim meskipun sudah di himbau dari berbagai macam sarana. Konon, bukti dari perilaku perokok adalah adanya peningkatan penyakit peradangan paru (bronkitis) di puskesmas setempat. Mengakhiri studi lanjutan jenjang strata, Maria melakukan suatu penelitian (skripsi) terhadap perilaku perokok pengguna Jamkesmas di daerah tersebut. Hasil penelitiannya diharapkan dapat berhasil sehingga bisa di terapkan untuk perlakuan pembenahan program barunya. Maria mengatakan bahwa keberhasilan penelitiannya sangat berpengaruh jika di perhatikan oleh pemerintah setempat. Dalam penjelasannya juga mengharapkan agar masyarakat yang perokok tidak boleh mendapatkan Jamkesmas dan apabila yang sudah menggunakan Jamkesmas tetapi masih merokok maka akan dicabut keanggotaannya dari Jamkesmas tersebut. Akhirnya dia mengatakan bahwa mudah-mudahan pemerintah dapat mendukung terobosan barunya agar terciptanya suatu masyarakat yang berperilaku hidup bersih sehat (PHBS) demi terciptanya generasi baru yang sehat dan cerdas membangun bangsa. Soelly

 


Tinggalkan komentar